logo-sekolah-islam-shafta

Angin dari Gunung karya A.A. Navis

2283304._SY475_

Sinopsis Cerpen Angin dari Gunung karya A.A. Navis

Nun dan Har kedua teman lama yang tidak sengaja bertemu di suatu tempat. Selayaknya teman lama yang kembali bertemu, mereka membuka lembaran cerita dahulu yang sangat berbeda dengan sekarang. Nun yang dulu seorang primadona, digemari oleh banyak pria termasuk Har, kini ia harus menelan pahitnya kehidupan dengan keadaan cacat. Tangannya hanya tersisa satu, keadaannya begitu lusuh dan memprihatinkan layaknya seorang pengemis di jalan raya. Berbeda dengan Har yang hidupnya sedikit lebih beruntung dari Nun. Har telah menikah dengan seorang wanita dan memiliki 2 orang anak. Nun merasa begitu kecewa, begitu cepatnya seseorang melupakan orang yang dulu ia cintai kemudian mencari cinta yang baru.

Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

1. Tema

Angin dari Gunung bertema tentang penyesalan di masa lampau terhadap suatu kejadian yang menyebabkan dirinya merasa tidak berguna lagi. Atau hidup seseorang yang telah berubah.

Kutipannya: “Ya. Sudah lama. Aku tak pernah mau mengingatnya. Tapi kini aku ingat lagi.” (Navis, 2005 : 88)

 

2. Latar

Latar tempat menurut perkataan Uni, Pertemuan kedua tokoh tersebut adalah pertemuan secara spontan. Namun pertemuan tersebut tidak menjelaskan awal cerita si tokoh aku sedang apa, hingga ia bisa bertemu dengan Har. Baik latar waktu maupun tempat masih bermakna ambigu. Waktu yang mulanya dibilang pagi, namun ternyata cuma halusinasi uni dengan perasaannya, dibilang siang juga tidak ada yang mendukung argumen ini. Kemudian dari latar waktu, memang tampak jelas, bahwa keduanya berada di sebuah tempat yang tembus pandang dengan gunung. Namun ini pun masih bersifat ambigu. Tempat yang seperti apa, dan jelasnya tidak dipaparkan secara detail. Banyak tempat yang bisa digunakan untuk melihat gunung, diantaranya, kebun, taman, diatas apartemen, di persawahan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kutipannya: “Matahari ketika itu sangat cerahnya. Bayangan pohon manggis bertelau-telau pada rumput hijau.” (Navis, 2005: 87)

 

3. Alur

Cerpen ini mempunyai alur maju mundur. Dimulai dari hal yang nyata, kemudian kembali ke masa lalu.

Kutipannya: “Ketika itu seperti macam sekarang, kita duduk seperti ini juga, tapi tempatnya bukan disini.” (Navis, 2005: 88)

Konflik yang dihadirkan penulis dalam cerpen ini adalah sang tokoh utama yang sama sekali tidak peduli dengan masa lalunya bersama Uni Unun. Padahal Uni Unun sangatlah menginginkan hal itu kembali hadir, namun melihat ekspresi tokoh yang acuh, maka ia terjatuh dalam penyesalan, hingga membantingkan batinnya kemudian bangkit kembali. Alur yang dihadirkan tidak kronologis, karena pertemuan itu berlangsung begitu saja dan sampai akhir ceritapun tidak cukup menjelaskan perputaran cerita yang wajar.

 

4. Penokohan

a. Protagonis

Uni Nun: Tegar, kuat, rendah hati dan suka menyesali kejadian di masa lampau dan terus mengingatnya.

Kutipannya: ”Aku jadi sentimental dan hatiku berteriak, meneriakan seribu kenangan yang datang mengharubir” dan berpikir kecil terhadap seseorang dalam tokoh ini yaitu terhadap Nun seperti tadi saja kalau bukan aku yang menyapamu, kau takkan…” (Navis, 2005: 88)

Har: Baik hati, penyayang, dan mau mendengar kisah Nun.

Kutipannya: “Kau ingat, Har?” “Apa?” kutanya dia dengan gaya suaranya. “Sembilan tahun yang lalu.” “Ya. Aku masih ingat. Tapi itu sudah lama lampaunya.” (Navis, 2005: 88)

b. Antagonis

Nenek: Tidak baik, karena tidak adanya kesabaran dalam wataknya.

Kutipannya: “Nenek memangil. Cepatlah!” gadis itu memamer lagi.” (Navis, 2005: 94)

Gadis kecil: Tidak baik, karena kurang sopan terhadap yang lebih tua yang sedang bercakap dengan orang lain

Kutipannya: Kemana Uni Nun? Melalar saja. (Navis, 2005: 94)

 

5. Sudut Pandang

Sudut pandang orang pertama pelaku pertama, sebab mengunakan kata “aku”.

Kutipannya: “Aku masih tinggal dalam diamku. Aku kira dia bicara lagi.” (Navis, 2005: 87)

 

6. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa Dalam cerpen Angin dari Gunung karya A.A. Navis ini juga terdapat banyak majas yang digunakan.

a. Majas Pleonasme

“Semuanya mengabur, seperti semua tak pernahada.” (Navis, 2005: 87).

“Dan angin meniup lebih syahdu terasa. Serasaadanya nyanyian iba besertanya.” (Navis, 2005: 89).

“Tersedu seperti ketika pusara ibu mau ditimbuni.”( Navis, 2005: 89).

“Angin dari gunung datang lagi menerpa mukaku.”(Navis, 2005: 87).

b. Majas Personifikasi

“Hatiku berteriak, meneriakan seribu kenangan yang datang mengharu biru.” (Navis, 2005: 88).

“Senyumnya ini menusuk hatiku.” (Navis, 2005: 92).

c. Majas Repetisi

“Tambah banyak ilmu, dapat diperbuat.” (Navis, 2005: 90).

“Semuanya mau matimatian dan bekerja berat di Semuanya mau berjuang….” (Navis, 2005: 89).

d. Majas Hiperbola

“Aku beri dia semangat nyala.”(Navis, 2005: 92).

 

7. Amanat

a. Setiap kebaikan yang kita lakukan tidak akan sia-sia. Hal baik itu akan kembali kepada diri kita masing-masing.

b. Jangan takut mencoba. Kamu mungkin menyesal apa yang telah kamu lakukan, namun kamu akan lebih menyesal apa yang tak kamu lakukan.

c. Berhenti menyesali masa lalu, karena itu telah berlalu. Yang terpenting adalah saat ini, jangan sampai kesalahan yang sama terulang kembali.

d. Hidup akan selalu berputar, kita tidak selamanya berada di posisi yang nyaman, tapi hidup harus terus berjalan.

 

Author

Latest Post