Puisi merupakan karya sastra yang disajikan dengan bahasa yang indah. Puisi bukan hanya sebuah karya, namun puisi juga berupa ungkapa perasaan dari penyair. Di dalamnya, ada pesan yang ingin disampaikan. Untuk memahami pesan itu, terkadang, pembaca harus memahami kata-kata yang telah tersaji. Ada banyak puisi yang mudah dipahami, namun masih banyak pula puisi-puisi yang makna puisi tersebut masih tersembunyi. Pemaknaan puisi dengan kata-kata pilihan atau diksi akan menimbulkan pemaknaan yang beragam sesuai dengan sudut pandang seseorang yang membaca puisi. Sebuah puisi yang semakin banyak pemaknaan semakin baik kualitas sebuah puisi.
Ada beberapa macam puisi menurut waktu pembuatannya, yaitu puisi lama dan puisi modern. Puisi lama masih cenderung dengan aturan-aturan di dalam penulisannya. Jenis puisi lama pun beragam. Setiap jenis memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri tersebut menjadi aturan penulisan puisi lama. Berbeda dengan puisi lama, puisi modern tidak memiliki ciri-ciri khusus dalam pembuatannya. Puisi modern ditulis secara bebas sesuai dengan keinginan penulis. Puisi lama memiliki bentuk yang sama karena aturan-aturan yang harus dipenuhi, sedangkan puisi modern memiliki bentuk yang beragam sesuai dengan keinginan penulis.
Puisi lama memiliki berbagai jenis. Jenis-jenis puisi lama sebagai berikut.
1. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang memiliki sajak a-b-a-b setiap baitnya. Setiap bait terdiri atas 4 baris. Setiap barisnya terdiri dari 8 s.d. 12 suku kata. Pada 2 baris awal disebut sampiran, sedangkan pada 2 baris akhir disebut isi.
contoh:
Masak air belum matang => a〉 (isi)
Sudah lama belum mendidih => b (isi)
Tanamkan selalu rasa sayang => a (sampiran)
Agar hati selalu bersih => b (sampiran)
2. Karmina
Karmina dapat dikatakan sebagai pantun pendek karena puisi lama tersebut berbentuk pantun, namun memiliki isi yang lebih singkat. Karmina terdiri dari dua baris atau larik. Baris pertama berupa sampiran dan baris kedua adalah isi. Rima karmina berbeda dengan pantun. Jika rima atau bunyi akhir dari pantun a-b-a-b, maka bunyi akhir dari karmina adalah a-a.
Contoh:
Ada roti dibawa Amel => a, (sampiran)
anak kucingku memang comel => a, (isi)
3. Seloka
Seloka adalah salah satu jenis puisi lama yang disebut dengan pantun berkait. Pada baitnya akan terdapat keterkaitan. Misalnya pada baris kedua bait pertama menjadi baris pertama bait kedua dan baris keempat bait pertama menjadi baris ketiga bait kedua. Meskipun begitu, akhiran bunyi atau rima tetap sama.
Contoh seloka:
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati tak akan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
urun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan
Kemana untuk diserahkan
4. Talibun
Talibun merupakan pantun yang dalam setiap baitnya, terdiri atas jumlah baris yang genap, misalnya 6,8, atau 10 baris. Dalam sebuah talibun, terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
- Jumlah baris harus lebih dari 4 baris dan genap, misalnya 6, 8, atau 10 baris dalam setiap bait.
- Jika satu bait terdiri atas 6 baris, maka tiga baris awal adalah sampiran dan tiga baris akhir adalah isi.
- Apabila satu bait terdiri atas 6 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-a-b-c
- Apabila satu bait terdiri atas 8 baris, maka sajaknya adalah a-b-c-d-a-b-c-d
Contoh:
Paling enak makan buah masak (a)
Makannya di bawah pohon rindang (b)
Ditemani secangkir kopi hitam (c)
Jangan jadi orang tamak (a)
Hidup takkan bisa tenang (b)
Masa hidup pun akan kelam (c)
5. Gurindam
Gurindam adalah salah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama a-a-a-a. Dua baris kalimat tersebut berupa isi bukan sampiran dan isi seperti karmina. Serupa dengan jenis puisi lama lainnya, gurindam juga berisikan nasihat untuk pembaca atau pendengarnya.
Contoh:
Bertanyalah ketika berada di jalan
Agar tujuanmu tetap terarahkan
Sekali saja kau permainkan waktu
sia-sia akan selalu menyertaimu
6. Syair
Dalam sebuah syair, biasanya menggunakan sajak a-a-a-a dan berisikan mengenai nasihat atau cerita seorang tokoh besar. Syair biasanya diawali dengan beberapa kata yang klise, misalnya “Pada zaman dahulu kala…”, ”Tersebutlah sebuah cerita mengenai negeri yang aman sentosa…”, dan lain-lain.
Contoh:
Jangan risau dengan cobaan
Jangan bersedih karena kesulitan
Berdoa saja pada Tuhan
Insyaallah Dia kan kabulkan
4. Amanat