Purwo Rahadityo, S.Si
Dalam kehidupan sehari – hari, sering kita merasakan makanan atau minuman yang berasa kecut, pahit, manis, dll. Seperti jeruk yang pada umumnya berasa kecut, kemudian obat-obatan atau jamu yang pada umumnya berasa pahit. Rasa yang terdapat pada makanan dan minuman tersebut dipengaruhi oleh sifat dari asam, basa, dan garam. Asam yang kita kenal adalah zat yang memiliki rasa masam/kecut, sedangkan basa yang kita kenal adalah makanan/minuman yang memiliki rasa pahit. Lalu bagaimana kita tahu bahwa makanan atau minuman bersifat asam, basa, maupun garam tanpa kita merasakannya ? Sangat tidak mungkin jika kita harus merasakan dengan indera perasa kita untuk mengetahui sifat asam, basa, maupun garam. Oleh karena itu ada beberapa teori yang menjelaskannya.
Asam adalah zat yang memiliki sifat rasa masam, memerahkan kertas lakmus, dan bersifat korosif (merusak), sedangkan basa adalah zat yang memiliki rasa pahit, membirukan kertas lakmus, dan bersifat licin (contoh sabun). Secara teoritis untuk menetukan apakah zat tersebut bersifat asam, basa, maupun garam kita menggunakan 3 teori asam basa. Adapun ketiga teori asam basa tersebut adalah :
Teori Asam Basa Arrhenius yang menyatakan bahwa asam adalah spesi yang melepas ion H+ ketika dilarutkan dalam air dan basa adalah spesi yang melepas ion OH– ketika dilarutkan dalam air.
Teori Asam Basa Bronsted Lowry menyatakan bahwa asam adalah zat yang mendonorkan ion H+ , sedangkan basa adalah zat yang menerima/akseptor ion H+.
Teori Asam Basa Lewis menyatakan bahwa asam adalah zat yang menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa adalah zat yang memberikan pasangan elekron bebas. Ini terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan kovalen koordinat.
Untuk lebih jelasnya mengenai teori asam dan basa dapat mengunjungi link berikut