logo-sekolah-islam-shafta

SELAMAT HARLAH MUSLIMAT NU KE-77

Flyer Hari Lahir Muslimat 9.16 2

Sejarah Singkat Muslimat Nahdlatul Ulama

Muslimat Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial keagamaan dan merupakan salah satu Badan Otonom dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Didirikan pada tanggal 26 Rabiul Akhir bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1946 di Purwokerto. Saat ini, Muslimat NU dipimpin oleh Ketua Umum Hj. Khofifah Indar Parawansa, yang sekaligus juga Gubernur Provinsi Jawa Timur.

Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten, 1938 menjadi momen awal gagasan mendirikan organisasi perempuan NU itu muncul. Dua tokoh, yakni Ny R Djuaesih dan Ny Siti Sarah tampil sebagai pembicara di forum tersebut mewakili jamaah perempuan. Ny R Djuaesih secara tegas dan lantang menyampaikan urgensi kebangkitan perempuan dalam kancah organisasi sebagaimana kaum laki-laki. Ia menjadi prempuan pertama yang naik mimbar dalam forum resmi organisasi NU. Secara internal, di NU ketika itu juga belum tersedia ruang yang luas bagi jamaah perempuan untuk bersuara dan berpartisipasi dalam penentuan kebijakan. Ide itu pun disambut dengan perdebatan sengit di kalangan peserta Muktamar. Setahun kemudian, tepatnya pada Muktamar NU ke-14 di Magelang, saat Ny Djuaesih mendapat tugas memimpin rapat khusus wanita oleh RH Muchtar (utusan NU Banyumas) yang waktu itu dihadiri perwakilan dari daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat, seperti Muntilan, Sukoharjo, Kroya, Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo, dan Bandung. Forum menghasilkan rumusan pentingnya peranan wanita NU dalam organisasi NU, masyarakat, pendidikan, dan dakwah.

Akhirnya pada Muktamar NU ke 16 di Purwokerto, tepatnya pada tanggal 29 Maret 1946, bertepatan tanggal 26 Rabiul Akhir 1365 H, keinginan jamaah wanita NU untuk berorganisasi diterima secara bulat oleh para utusan Muktamar NU ke-16 di Purwokerto. Hasilnya, dibentuklah lembaga organik bidang wanita dengan nama Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) yang kelak lebih populer disebut Muslimat NU. Hari inilah yang di kemudian hari diperingati sebagai hari lahir Muslimat NU sampai sekarang. Pendirian lembaga ini dinilai relevan dengan kebutuhan sejarah. Pandangan ini hanya dimiliki sebagian kecil ulama NU, di antaranya KH Muhammad Dahlan, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Saifuddin Zuhri.

Atas dasar prestasi dan kiprahnya, Muktamar NU ke-19 di Palembang pada tahun 1952, Muslimat NU memperoleh hak otonomi. Muktamirin sepakat memberikan keleluasaan bagi Muslimat NU dalam mengatur rumah tangganya sendiri serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya di medan pengabdian. Sejak menjadi badan otonom NU, Muslimat lebih bebas bergerak dalam memperjuangkan hak-hak wanita dan cita-cita nasional secara mandiri. Dalam perjalanannya, Muslimat NU bergabung bersama elemen perjuangan wanita lainnya, utamanya yang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani), sebuah federasi organisasi wanita tingkat nasional. Di Kowani, Muslimat NU menduduki posisi penting.

Adapun tokoh-tokoh perempuan NU yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU dari masa ke masa, yaitu Nyai Chodijah Dahlan (1946-1947); Nyai Yasin (1947-1950); Nyai Hj Mahmudah Mawardi (1950-1979); Hj Asmah Syachrumi (1979-1995); Hj Aisyah Hamid Baidlawi (1995-2000); dan Hj Khofifah Indar Parawansa (2000-sekarang).  Dalam kiprahnya di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, kesehatan, dan dakwah, Muslimat NU kini memiliki ribuan layanan yang tersebar di berbagai daerah. Di bidang layanan sosial dan kesehatan, Muslimat NU memiliki 104 panti asuhan, 10 asrama putri, 10 panti jompo, dan 108 pusat layanan kesehatan; rumah sakit, rumah sakit bersalin, rumah sakit ibu dan anak, serta klinik. Di bidang layanan pendidikan, Muslimat NU memiliki 9800 Taman Kanak-Kanan dan Raudhatul Athfal (TK/RA), 350 Taman Pendidikan Al-Qur’an, 6226 Pendidikan Anak Usia Dini (Paud). Sementara di bidang layanan koperasi, Muslimat NU memiliki satu induk koperasi Induk An-Nisa, sembilan koperasi sekunder, 144 koperasi primer yang berbadan hukum, dan 355 tempat pelayanan anggota koperasi (TPAK).

Tak hanya itu, kini Muslimat NU juga memiliki 11 balai latihan kerja, 146 kelompok bimbingan ibadah haji, dan puluhan ribu majelis taklim serta Himpunan Daiyah Muslimat NU. Layanan-layanan tersebut dikelola di bawah naungan badan hukum Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU (YKMNU), Yayasan Pendidikan Muslimat NU (YPMNU), Yayasan Haji Muslimat NU (YHMNU), serta Himpunan dan Majelis Taklim Muslimat (Hidmat) NU. Saat ini, jumlah anggota Muslimat NU diperkirakan sekitar 32 juta orang. Jumlah tersebut berasal dari jamaah yang tersebar di 34 pimpinan wilayah (PW), 524 pimpinan cabang (PC), 2.295 pimpinan anak cabang (PAC), dan 26 ribu pimpinan ranting (PR).  Jumlah 32 juta orang itu juga termasuk jamaah yang tersebar di luar negeri dalam wadah pimpinan cabang istimewa (PCI). Saat ini, PCI Muslimat NU terbentuk di berbagai negara, antara lain Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Arab Saudi, Sudan, Belanda, dan Inggris.

Kami Keluarga Besar Sekolah Islam SHAFTA mengucapkan Selamat Harlah Muslimat NU ke-77

“Menguatkan Peran Muslimat NU Untuk Membangun Peradaban”

Author

Latest Post