logo-sekolah-islam-shafta
Cover
Cartoon image of a man sitting in a sitting posture practicing meditation With a yellow light surrounding.  https://www.istockphoto.com/id/bot-wall?returnUrl=%2Fid%2Fvektor%2Fgambar-kartun-seorang-pria-duduk-dalam-postur-duduk-berlatih-meditasi-dengan-cahaya-gm1319340055-406233649

Setiap manusia pasti melalui proses untuk menghadapi kesulitan – kesulitan dalam hidup. Kekhawatiran – kekhawatiran dan ketakutan. Takut akan hal – hal yang diduga bisa mengancam eksistensinya, dan takut akan peristiwa baru yang akan atau belum tentu dialaminya. Takut pada hal – hal yang belum pasti. Karenanya, unsur kekhawatiran dan ketakutan itu menjadi fungsi psikis yang esensial dalam kehidupan manusia, seperti halnya lapar dan haus. Kekhawatiran dan ketakutan itu dalam satu batas tertentu memang menjadi reaksi pertahanan diri di waktu manusia dihadapkan oleh ancaman – ancaman terhadap keselamatan dirinya, terhadap kebahagiaan dan harga dirinya.
1. Mengatasi ketegangan dan konflik batin
Jika kita mengalami ketegangan – ketegangan dan ketakutan yang tidak menyenagkan, tidak perlu merasa khawatir berlebihan. Akan tetapi kita harus mulai waspada apabila gelora – gelora emosi menjadi meluap – luap, sering timbul, dan berulang kali berlangsung secara kronis, sehingga dapat menyebabkan timbulnya ketidakimbangan dan kegoncangan hebat dalam kepribadian kita.
Bagaimana caranya mengetahui batas – batas dari keadaan psikis yang memuncak dan bagaimanakah cara mengatasinya ? Cobalah kita mengetes diri kita dengan menjawab pertanyaan di bawah ini:
a. Apakah masalah yang sederhana dan kekecewaan – kekecewaan hati yang kecil – kecil sering menyebabkan kamu lebih cermat dan bingung serta mendorong kamu ke dalam ketegangan lalu membuat kamu bergemetaran ?
b. Apakah kamu menemukan kesukaran – kesukaran dalam bergaul dengan orang lain ? dan apakah orang lain itu menganggap kamu adalah seorang yang aneh dan sulit diajak bergaul ?
c. Apakah keindahan – keindahan dan kesenangan – kesenangan yang kecil tidak bisa menyentuh hatimu serta gagal memuaskan hatimu ?
d. Apakah kamu merasa tidak mampu menghentikan rasa – rasa cemas dan takut yang ada pada diri kamu sendiri ?
e. Apakah kamu senantiasa merasa takut terhadap orang lain dan takut pada setiap situasi yang sebenarnya tidak merugikan atau mengganggu kamu sendiri ?
f. Apakah kamu selalu merasa curiga pada orang lain, dan tidak percaya pada teman kamu sendiri ?
g. Apakah kamu senantiasa merasa tidak enak, tidak senang, tidak tepat, tidak pada tempatnya, dan selalu mengalami penderitaan batin (kepedihan dan kesedihan) disebabkan oleh kebimbangan diri ?
Apabila jawaban kamu “iya” maka hal ini belum merupakan suatu masalah. Akan tetapi kamu harus mulai bersikap waspada dan menanggapi situasi sendiri dengan tindakan – tindakan yang positif, agar kebiasaan – kebiasaan neurosa – berfikir – bertindak yang kurang mapan itu tidak terus berlanjut melainkan bisa perlahan diperbaiki.
2. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan
Jika ada satu masalah yang mengganggu batin, janganlah disimpan dan disembunyikan. Uraikan kesulitan tersebut pada seseorang yang kamu percayai. Misalnya pada orang tua, guru, saudara atau teman dekat. Dengan menguraikannya kejanggalan hati itu akan ringanlah beban hatimu, serta dapat membantu kamu melihat persoalan dari segi yang lebih terang dan lebih obyektif. Dengan demikian orang lain itu bisa ikut membantu kamu dengan saran – sarannya dan ikut memecahkan kesukaran hati.
3. Menghindari kesulitan untuk sementara waktu
Apabila kamu tetap bersitegang hati hendak mengurus kesukaran – kesukaran dengan rasa yang gelap maka hal ini merupakan satu penghukuman terhadap diri sendiri secara sengaja. Karena ketika dalam situasi emosional yang tinggi tidak akan mampu menemukan solusi terbaik. Maka dari itu lakukanlah meditasi atau muhasabah diri dengan tujuan untuk menenangkan diri dan mengontrol emosi yang sedang meninggi. Apabila melalui cara meditasi belum menghasilkan dampak secara signifikan maka lakukan rekreasi pendek atau hiburan singkat, setelah itu bersiaplah untuk kembali menghadapi kesulitan – kesulitan dalam suasana yang lebih tenang dan kondusif baik secara emosional maupun intelektual.
4. Menyalurkan amarah
Amarah merupakan salah satu emosi yang terjadi pada setiap manusia secara sadar atau tidak sadar. Amarah merupakan pola tingkah laku yang sering membuat kamu menyesal dan membuat diri kamu merasa bersalah. Apabila kamu berhasrat menggempur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah menunda terjadinya ledakan tadi sampai esok hari. Dalam periode menunngu hari esok sibukkanlah diri sendiri dengan berkebun, membuat kerajinan, memancing, berolahraga, berjalan – jalan melihat keindahan alam dan lain – lain.
Dengan menunda amarah yang sudah hamper meletus, pastilah kamu akan lebih mampu dan lebih siap menghadapi segala kesulitan secara intelegen dan rasional. Sebab amarah – amarah hebat yang berlangsung lama, berulang – ulang kembali dan kronis sifatnya itu dapat menyebabkan timbulnya tekanan darah tinggi/hypertension dan gejala – gejala neurosa yang gawat.
5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain, dan memupuk socialist / kesosialan
Jika kamu terlalu sibuk dengan diri sendiri atau terlalu terlibat dalam kesulitan – kesulitan sendiri, cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi di dalam masyarakat dan bisa memberikan arti atau satu nilai hidup kepada kamu. Memberikan rasa kepuasan nilai hidup kepada kamu. Juga memberikan rasa kepuasan dan keindahan, karena anda merasa berguna.
Perbuatan tadi akan membawa kamu kepada penelitian diri sendiri, distansi-diri dan intropeksi. Dan bisa lebih cepat mengeluarkan kamu dari gangguan batin, egosentrisme, serta ketegangan – ketegangan lainnya. Semua itu akan dapat menumbuhkan rasa kehangatan, rasa simpati dan rasa kasih sayang kepada sesama manusia. Selain itu dapat memupuk kesehatan jiwa maupun raga.
6. Menyelesaikan satu tugas dalam satu saat
Untuk meminimalisir tugas yang menumpuk pilihlah satu tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebagai prioritas utama yang harus diselesaikan. Apabila kamu dapat menyelesaikan kesukaran yang pertama ini, maka kesulitan – kesulitan yang lain dengan mudah akan dapat diatasi. Apabila kamu merasa tidak mampu memecahkan satu persoalan, maka bertanyalah pada diri sendiri apakah kamu tidak terlalu ambisius, tidak menganggap harga diri sendiri terlalu tinggi dan terlampau penting, sehingga melebih – lebihkan kemampuan sendiri atau biasa disebut overestimate. Dan apakah kamu tidak terlalu banyak menuntut pada hal – hal yang sulit dicapai ?
7. Menerima kritik dengan lapang dada
Ada orang – orang yang terlalu banyak mengharap dari orang lain. Dia akan merasa sangat kecewa, juga merasa tidak enak hati, dan mengalami frustasi jika ada orang lain itu tidak bisa memuaskan dirinya. Terlebih lagi jika orang lain itu tidak sesuai dengan norma atau standard ukuran sendiri dan kemauannya. Maka ingatlah bahwa setiap pribadi itu mempunyai hak untuk berkembang sebagai individu yang unik, otonom, dan bebas. Karena itu janganlah dirinya kita jadikan obyek manipulasi demi kepentingan kita sendiri. Seorang yang kecewa karena melihat kekurangan – kekurangan orang lain sebenarnya pada intinya dia sangat kecewa pada diri sendiri. Orang yang sedemikian itu akan menganggap perlu adanya perbaikan pada orang lain, tetapi menganggap tidak ada faedahnya untuk mengadakan koreksi pada diri sendiri. Hal ini menunjukkan ketidakdewasan pribadinya. Karena itu, demi peningkatan martabat sendiri, hendaklah kita mau menerima segala macam kritik dengan lapang dada demi perkembangan pribadi kita.
8. Menjadikan diri sendiri multifungsi
Banyak dari kita merasa dirinya ditinggalkan, dilupakan, diremehkan dan disia – siakan oleh orang lain. Seringkali baik sadar maupun secara tidak sadar kita merasakan peristiwa sedemikian itu. Daripada dikelilingi rasa khawatir, sedih hati dan kecil hati akan lebih sehat jika kita mau berlaku praktis dan aktif dengan berbagai aksi seperti memberikan pendapat, memberikan inisiatif yang membangun, berbuat yang positif, dan lain sebagainya. marilah kita mencari jalan tengah yaitu diantara pengunduran diri dan penonjolan diri.
9. Mengatur waktu untuk refleksi
Untuk menggunakan refleksi dalam manajemen waktu, kamu perlu mengikuti pendekatan sistematis dan terstruktur yang melibatkan tiga langkah: sebelum, selama, dan setelah pekerjaan kamu. Sebelum memulai pekerjaan, penting untuk menetapkan tujuan dan harapan yang jelas dan realistis untuk diri sendiri dan orang lain, memprioritaskan tugas berdasarkan kepentingan dan urgensinya, merencanakan waktu dan sumber daya, mengalokasikan waktu yang cukup untuk setiap tugas dengan mempertimbangkan potensi risiko atau risiko. ketidakpastian, gunakan alat seperti kalender, agenda, daftar tugas, atau perangkat lunak manajemen proyek untuk membantu kamu mengatur aktivitasmu dan meninjau pekerjaan atau aktivitas sebelumnya serta umpan balik untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan atau perhatian. Selama beraktivitas, penting untuk memantau kemajuan dan kinerja kamu, bersikap fleksibel dan mudah beradaptasi saat menyesuaikan rencana dan tindakan jika diperlukan, menggunakan alat seperti pengatur waktu, alarm atau pengingat untuk membantumu tetap fokus dan berada pada jalur, mencari dan menerima umpan balik dari orang lain seperti kolega, manajer atau klien untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja. Setelah kamu menyelesaikan pekerjaanmu, penting untuk mengevaluasi hasil dan hasil dibandingkan dengan tujuan dan harapan, merefleksikan tindakan dan keputusan menganalisis apa yang berjalan dengan baik atau tidak, apa yang telah dipelajari atau dapat dilakukan dengan lebih baik, apa yang dapat dirayakan atau ditingkatkan. Kamu juga dapat menggunakan alat seperti log jurnal atau portofolio untuk mendokumentasikan dan meninjau kegiatan atau aktivitasmu. Selain itu penting untuk berbagi refleksi dengan orang lain seperti mentor, rekan atau pelatih untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan.

Isverilda Vadya Novira, S,Sos