Dalam situasi yang masih belum tertata baik karena adanya Covid-19, Sekolah Islam SHAFTA mengadakan kegiatan Webinar Teaching Improvement Workshop SHAFTA. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap Sabtu dan diikuti seluruh civitas Sekolah Islam Shafta, dan juga peserta dari luar citivas sekolah. Narasumber yang memberikan materi yaitu Ibu Dr. Nurhalimah, M.Pd. dengan tema Manajemen Pengasuhan Anak.
Awal penjelasan Ibu Nurhalimah menjelaskan kemampuan yang dihasilkan otak yaitu IQ dan EQ, dengan persentase IQ 20% dan EQ 80% yang berarti EQ lebih penting daripada IQ. Ada yang perlu diketahui bahwa cara berbicara sehari-hari dapat menimbulkan trauma dan tentunya berdampak pada anak. “Banyak orang tua yang tidak memahami perkembangan anak. Orang tua cari aman.” Ungkapnya. “Dan membiarkan anak sibuk dengan kegiatan di depan televisi. Disamping itu anak yang belum berusia 15 tahun jika dibiarkan memegang HP dapat berpotensi merusak otak anak tersebut.” tambahnya.
Dijelaskan lebih lanjut sebagai orang tua harus memberikan contoh bagi anaknya secara intens.. Kesalahan fatal orang tua adalah tidak mengerti cara kerja otak. Orang tua tidak memahami kapan anak siap untuk menjawab pertanyaan, lalu beri anak kesempatan dan menunggu hati anak senang baru memberikan nasihat.
Kekeliruan tidak sengaja dalam berbicara tetap berdampak pada anak cucu kita, apalagi dilakukan setiap hari. Dampaknya antara lain sebagai berikut: pertama melemahkan konsep diri, kedua yaitu anak diam namun menentang, ketiga yaitu menjatuhkan harga diri dan kepercayaan diri anak, keempat menjatuhkan berfikir yang rendah, dan kelima tidak terbiasa berfikir, memilih dan mengambil keputusan (anak hanya didekte dan hanya diberi sebuah pilihan). Kekeliruan orang tua yang sering terjadi yaitu berbicara tergesa-gesa, kedua tidak mengenal diri kita sendiri, ketiga tidak sadar akan keunikan yang dimiliki dan keempat tidak bisa membedakan kemauan dan kebutuhan.
Sementara itu ada 12 gaya popular yang bisa memutus komunikasi yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, mencap/melebel, membandingkan, membohongi, mengkritik, mengancam, menasehati, menghibur, menyindir dan menganalisa. “Bila kita membuat kesalahan itu adalah hal yang hebat karena kita berkesempatam untuk belajar sesuatu.” kata Nurhalimah.
Lebih lanjut dijelaskan juga bahwa kiat meningkatkan komunikasi yaitu “Kita tinggalkan hari kemarin, bekerja sama, baca bahasa tubuh. Yang lebih penting dalam komunikasi tinggalkan kata kamu tapi mulailah dengan kata saya.” imbuhnya.
Acara dilanjutkan dengan membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para peserta webinar. Walau tidak semua pertanyaan terjawab namun secara garis besar bahwa mendidik anak dan siswa terletak pada sikap religius guru atau orang tua dalam mendidik.